Situasi politik dalam sebulan ini sepertinya kian memanas. Bukan hanya perseteruan antara kubu Istana (Presiden Jokowi) dengan Teuku Umar (Megawati Soekarno Putri) dan PDIP. Namun meluas, publik sedang marah besar menyaksikan demokrasi kita sedang berada di tepi jurang. Semuanya karena ambisi kekuasaan yang tidak terkontrol oleh Presiden Jokowi dengan melanggengkan politik dinasti. Marwah Mahkamah Konstitusi (MK) sampai tercabik cabik, hancur bahkan sudah hilang akibat putusannya sendiri yang kontroversi meloloskan anak presiden (Mas Gibran) untuk maju cawapres meski aturan sebelumnya tidak memenuhi syarat. Demikian intisari perbincangan Prof, Dr. Tjipta Lesmana Ahli Komunikasi Politik bersama Abraham Samad Mantan Ketua KPK Periode 2011-2015 saat tampil podcast di youtube Abraham Samad Speak UP, Minggu kemarin.
Menurut Prof. Dr. Tjipta Lesmana, MA., Pakar Komunikasi dan Pengamat Politik Indonesia, Indonesia sekarang ini sebenarnya sudah hampir masuk dalam kategori negara gagal (failed State). Penegakan hukum di Indonesia paling jelek di dunia. Belum lagi kualitas demokrasinya. Proses kaderisasi parpol sangat karbita. Hanya ada di Indonesia, seseorang begitu mudahnya bisa langsung menjabat Ketua Umum Partai.
‘’Hari ini anda jadi anggota salah satu partai, ke esokan harinya anda sudah bisa langsung diangkat menjadi Ketua Umum Partai. Itu tidak ada di dunia selain Indonesia. Ini sama artinya dengan karbit. begitu pak,’’ ujar Prof Tjipta.
Prof Tjipta menyadari kemarahan publik sekarang ini terhadap politik dinasti sebenarnya sudah memuncak bahkan gejalanya akan sama dengan peristiwa gerakan reformasi tahun 1997-1998 meski dengan pola yang berbeda. Oleh karenanya, Ia berharap semoga Presiden Jokowi sadar dan responsif atas aspirasi masyarakat demi keselamatan bangsa dan negara. ‘’Waduh kita berdoa semoga tidak terjadi apa-apa dengan Bangsa. Kita tidak ingin seperti Sovyet dulu dll,’’ tambahnya.
Lebih lengkap tonton vidionya di Channel Abraham Samad Speak Up