PRESIDEN JOKOWI SEDANG MEMAINKAN DRAMATURGI, RAKYAT DESAK DPR SEGERA GELAR PEMAKZULAN

Ilmuan Politik Prof. Dr. Ikrar Nusa Bakti  mengkritik keras  Presiden Joko Widodo karena  sikapnya melanggengkan politik dinasti pada pilpres 2024 mendatang dengan memberi restu kepada putra sulungnya Gibran Raka Bumi maju sebagai calon Wakil Presiden RI  berpasangan dengan Prabowo Subianto  yang diusung koalisi besar  masing masing  Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional,  dan partai non parlemen PBB dan PSI. PSI sendiri ketua umumnya sekarang adalah putra bungsu Presiden Jokowi yakni  Kaesang Pangarep. 

‘’ Politik dinasti itu merusak demokrasi,’’ tegasnya saat tampil Podcast di Abraham Samad Speak UP.

Prof Ikrar Nusa Bakti yang juga mantan Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI    vulgar menganggap Jokowi yang dulu sudah bukan sekarang.  Di mana dulu Jokowi dalam slogan- slogannya dikenal Jokowi adalah kita. Sangat egaliter dengan menghargai masyarakatnya.  Tapi sekarang sudah tidak lagi. Jokowi membangun dinasti

’’Pak Jokowi itu sedang  memainkan dramaturgi.  Jadi di depan ngomong apa, di belakang dia  melakukan apa,’’ ujarnya lagi mengaku  mulai curiga dengan perubahan prilaku politik Jokowi  saat menggelar pesta perkawinan anak bungsunya Kaesang Pangarep yang ditempatkan di Istana.  Jokowi  memperlihatkan watak yang dulu egaliter menjaga persaudaraan berubah mencitrakan diri sebagai penguasa  dalam aliran politik Jawa dulu.

Prof Ikrar tetap berhadap Jokowi bisa segera menyadari apa yang dilakukan selama ini untuk tidak merusak sistem demokrasi  yang sedang berjalan. Tentu dengan menghentikan semua drama yang sesungguhnya dibuat oleh dirinya sendiri.  Sebab bila tidak maka wacana pemakzulan yang kian hari semakin kuat akan terbuka lebar.  

Menurutnya, meski secara pribadi mengaku tidak menginginkan pemakzulan terjadi karena ongkos politiknya juga mahal sehingga berkepentingan mengingatkan Presiden. Presiden Jokowi sekarang tentu tidak bisa lagi seperti sebelum sebelumnya di hadapan publik mencitrakan diri seolah tidak campur tangan, cawe cawe terhadap pemilu kali ini. Apalagi dengan adanya putusan MKMK terang benderang menjelaskan adanya intervensi kekuasaan terhadap Lembaga hukum MK sampai akhirnya Gibran putra sulungnya bisa lolos maju menjadi Wakil Presiden yang sesungguhnya belum memenuhi syarat.

‘’Sekarang ini sisa apakah kemudian partai politik di parlemen sekarang ini berani dan menyatu,  menyatakan enough,  enough is enough ( cukup-cukup -cukup).  Dan lagi-lagi  kalau pimpinan partainya tidak sedang tersandera dengan kasus kasus hukum. Pimpinan berjiwa negarawanan dan mau menyelamatkan negeri ini. Bukan mustahil  bisa saja terjadi (Pemakzulan—red). Apalagi ini nanti  akan melalui Mahkamah konstitusi yang sudah tidak ada orangnya (Jokowi—red).  Dia masih ada di situ tapi tidak bisa lagi memutus hal hal yang nepotisme, karena sudah disanksi MKMK,’’ jawabnya ketika ditanya Abraham Samad selaku host dalam podcast tersebut. 

Tonton lebih lengkapnya di Channel Abraham Samad Speak Up