Analis Komunikasi Politik Indonesia Dr. Hendri Budi Satrio, S.Sos., M.I.K, membenarnya beberapa survei menempatkan elektabilitas Paket Calon Presiden/Wakil Presiden Prabowo Subianto – Gibran Raka Buming Raka sekarang ini masih lebih dominan dibanding kandidat lain yakni paket Ganjar Pranowo-Mahfud MD atau paket Anis Baswedan- Cak Imin. Hanya saja meski dominan, bila dianalisis lebih mendalam rupanya hasil survei menunjukkan paket Prabowo-Gibran yang sesungguhnya berada dalam posisi terancam.
‘’Mulai dari partai pengusung sampai perangkat negara terbaca sepertinya memberi dukungan pada paket ini. Tapi surveinya tertatih tatih. Mencapai angka 40 persen saja sangat sulit. Artinya, paket ini sedang mendapat perlawan kuat dari masyarakat yang sudah cerdas dalam menggunakan hak pilihnya,’’ ujar Hendri Satrio saat tampil Chanel Youtube Abraham Samad Speak UP.
Hendri Satrio yang juga Founder Lembaga Survei KedaiKOPI, menjelaskan sekarang ini publik benar benar sedang dalam puncak kemarahan menolak hukum disalahgunakan untuk kekuasaan dan kepentingan dinasti keluarga.
‘’ Tempo sampai menyebut Prabowo sebagai produk gagal reformasi. Tempo menyebut anak Presiden Mas Gibran sebagai anak haram konstitusi. Tempo menyebut pasangan ini adalah pasanga terburuk di pilpres era modern karena menggabungkan produk gagal reformasi dengan anak haram konstitusi,’’ ujarnya menambahkan tingkat penerimaan publik terhadap Prabowo Subianto dalam pilpres kali ini sepertinya mendapat perlawanan yang kuat. Prabowo meninggalkan konstituennya dan masuk bergabung gerbong Jokowi dengan menerima tawaran Menteri Pertahanan. Bahkan sekarang berpaket dengan putra sulung Jokowi.
‘’Bagi masyarakat, hanya alasan omong kosong kalau disebut untuk kepentingan rekonsiliasi nasional. Siapa yang berkonflik? Di masyarakat itu tidak ada yang berkonflik. Pergi saja liat di pasar, di terminal, mereka semua baik saja, hidup rukun. Tidak ada konflik. Jadi, sebenarnya bergabungnya Prabowo masuk Menteri Pertahanan, Ini murni kekuasaan saja, bukan rekonsiliasi’’ jelasnya.
Masih menurut Hensat demikian biasa disapa, Prabowo sesungguhnya adalah sosok kandidat Capres yang mumpuni dan selalu menyampaikan hal hal yang baru dalam berkampanye. Hanya saja dalam Pilpres kali ini menjadi kandidat yang dikategorikan paling miskin gagasan apalagi setelah masuk gerbong Jokowi dan bermengambil anaknya (Gibran—red) sebagai wakilnya, maka Prabowo terjebak dalam situasi menjadikan kandidat yang paling miskin gagasan. Prabowo tidak akan bisa menyuarakan isu perubahan seperti dengan kandidat Anies Baswedan. Atau Prabowo juga tidak bisa menyuarakan isu perbaikan demokrasi seperti Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
‘Saya kira sekarang ini Prabowo dalam berkampanye hanya bisa menyampaikan dua kata. Apa itu ? Hidup Jokowi, Hidup Jokowi’’ ujar Hensat menambahkan Prabowo tidak bisa lagi menggebu-gebu atau bahkan dengan berapi api sambil pukul mimbar seperti yang lalu lalu—ngajak warga lawan-lawan antek asing, karena akan menjadi bahan tertawaan saja.
‘’Kalau misalnya Prabowo berteriak lantang — Lawan Antek Asing, itu akan diketawai. Masyarakat akan berteriak juga, Hi Anda (Probowo—red) sekarang sudah bersama dengan mereka. Mungkin Prabowo masih bisa berteriak, berapi-api sambal pukul mimbar tapi dengan penyampaian dua kata Hidup Jokowi, Hidup Jokowi’’ ujar Hanset lagi.
Lengkapnya tonton dalam video berikut