Morowali Jadi Sorotan: Said Didu Sebut Pusat Perampokan SDA

whatsapp image 2025 12 05 at 11.35.27

Jakarta –   Jangan Ada Negara Dalam Negara. Pernyataan  Menteri Pertahanan RI  Jend. Purn. Syafri Syamsuddin tiba-tiba   viral.  Publik  terguncang,  seolah tidak percaya  dengan pernyataan tersebut. Bagaimana mungkin ada sebuah bandara selama ini  — cukup aktif beroperasi melayani keluar masuk manusia dan barang tapi tak satupun yang melihatnya.  

Kamis 5 Desember 2025 kemarin, kanal YouTube Abraham Samad SPEAK UP   secara khusus  membahas proyek  pembangunan Bandara IMIP dan sengkarut proyek tambang di  Morowali dengan nara sumber Dr. Said Didu, mantan Sekretaris BUMN  bersama Mantan Ketua KPK Periode 2011-2015 Dr.. Abraham Samad, S.H., M.H., sebagi host.   

Said  Didu dengan gaya bicara yang lugas dan kritis  mengaku cukup banyak tahu persoalan di Morowali. Bukan hanya proses pembanguan Bandara IMIP tapi secara keseluruhan proyek tambang  di Morawali yang disebutnya sudah menjadi pusat perampokan sumberdaya alam bagi para oligarki.

‘’Morowali adalah pusat perampokan asset negara yang dilegalisasi oleh negara, yang dilindungi oleh pemerintah,’’ ujar Said Didu  berusaha meyakinkan  publik apa yang disampaikannya adalah berbasis pengetahuan dan data.

‘’Pak Abraham, saya ini pernah menjabat Sekretaris BUMN dan juga menjadi staf khusus  Khusus Menteri ESDM Sudirman Said pada 2014. Jadi paham betul. Saya tahu,’’ ujarnya.

Menurut Said Didu pembangunan bandara IMIP bukan untuk kepentingan masyarakat, melainkan untuk kepentingan oligarki, memperlancar aktivitas industri tambang dan smelter nikel.

“Bandara ini bukan untuk rakyat, tapi untuk korporasi besar yang mengeruk sumber daya alam,” ujar Said Didu.

Morowali Disebut Lebih Parah dari Freeport

Menurut Said Didu,  pemerintah selama ini  terlalu berpihak pada kepentingan korporasi asing dan elite tertentu, sementara masyarakat lokal hanya menjadi penonton. Ia menilai  Morowali sesungguhnya  lebih berbahaya,  lebih tinggi perampokannya dari Freeport yang selama ini diributkan.

“Morowali adalah pusat perampokan sumber daya alam. Rakyat tidak mendapat manfaat signifikan, justru kehilangan ruang hidup,” tegasnya.

Dampak Sosial dan Lingkungan

Said Didu juga menyoroti dampak sosial dan lingkungan dari ekspansi industri di Morowali. Masuknya tenaga kerja asing, kerusakan lingkungan, serta minimnya kesejahteraan bagi warga lokal menjadi masalah utama. Ia menekankan perlunya kontrol publik agar proyek strategis nasional tidak hanya menguntungkan segelintir pihak.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top